Perkembangan Auditorik
Perkembangan auditorik memerlukan perhatian oleh karena sangat terkait dengan perkembangan wicara. Adanya gangguan pada perkembangan auditorik mengakibatkan proses imitasi suara-suara tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Gestasi 20 minggu : khoklea secara fungsional telah matur ( sama dengan manusia dewasa ), hanya ukurannya saja yang berbeda
Janin 24-25 minggu : reflek auropalpebral (mengejapkan mata sebagai respon terhadap bunyi percakapan di sekitarnya)
0-4 bulan
Stimulus bunyi yang diterima oleh bayi akan memberikan respon berupa Behavior Responses, yang dapat berupa.
- auropalpebral
- eye widening
- grimacing (mengerutkan dahi seperti menahan sakit)
- heart rate meningkat
- cessation (ketika tiba-tiba ada bunyi keras maka bayi sejenak berhenti menyusu)
- reflek Moro (seperti terkejut)
4-7 bulan
Pada usia ini otot sternokleidomastoideus bayi dan otot-otot leher lain telah cukup kuat. Sehingga respon terhadap bunyi sudah lebih komplek dengan melibatkan sistem motorik dan kemampuan melokasisasi sumber bunyi mulai tampak. Bayi usia ini dapat diberikan stimulus berupa tepuk tangan atau pukulan sendok pada cangkir (atas cangkir untuk nada tinggi dan bawah cangkir ntuk nada rendah)
4 bulan : memutar kepala pada sumbu horizontal namun masih lemah dan belum konsisten
7 bulan : horizontal (menengok) sudah adekuat dan cepat namun ke arah bawah masih lemah, oleh karena itu jangan berikan stimulus dari arah kaki bayi
7-9 bulan
Putar kepala cepat dan identifikasi sumber bunyi tepat
9-13 bulan , maturasi perkembangan ausitorik mencapai puncaknya
12 bulan : keingintahuan terhadap sumber bunyi pesat, dapat mencari ke atas
13 bulan : lokalisir semua arah sumber bunyi cepat
>2 tahun , pemeriksaan sulit dilakukan oleh karena adanya
Reaksi habituasi : berupa rasa bosan oleh karena stimulus hanya berupa tepuk tangan
Reaksi inhibisi : mulai adanya rasa takut dan malu terutama karena situasi pemeriksa yang kurang bersahabat sehingga anak tidak mau merespon bahkan menolehpun
Perkembangan Komunikasi Oral
Maturasi perkembangan wicara berjalan selaras dengan perkembangan auditorik.
Lalu bagaimanakan awal proses belajar bicara?
Neonatus ( 0 – 1 bulan)
Pola wicara paling dominan : menangis
Akhir masa neonatus :perbedaan pola tangisan untuk keadaan keadaan tertentu misal lapar, haus, atau berisik. Hal ini oleh ibu yang telah berpengalaman dapat diketahui dengan cepat.
2-3 bulan
Kontrol motorik otot mult sudah mulai berkembanga sehingga artikulasi mulai terbentuk
Produksi vowel, tertawa, mengoceh tanpa arti (babbling)
4-6 bulan
True babbling / lailling (sudah ada sedikit kejelasan makna), misalnya mamama- papapa, 2 konsonan (m,p) serta 1 vokal (a) adalah 3 huruf pertama yang dikenal oleh seorang manusia. Adapun hal ini belum berati bayi sudah dapat berbicara dan mengerti. Diperlukan pengertian spesifik untuk menilai seorang bayi apakah memang telah dapat berbicara dan mengerti.
Sebagai contohnya tidaklah dapat sepasang orangtua berbahagia ketika mendengar bayinya ” memanggil” mama atau papa padahal kta ketahui kakak bayi tersebut terbiasa memanggil kedua orangtuanya dengan ummi dan abi misalnya.
Gerak lidah berkembang
Reaksi terhadap bunyi mainan
Eksperimen vokal
Merangkai vowel dan konsonan (5 bulan)
6-10 bulan
Ocehan berkurang
Mengerti NAMA
Memahai arti TIDAK sebagai contoh seorang bayi telah mengerti ketika ibunya melarangnya dengan berkata tidak sehingga sang bayi tidak lagi menarik-narik kelambu atau menarik rambut kakaknya
Mengerti SALAM (lambaian tangan tanda berpisah dengan ucapan dadah)
11-18 bulan
Kata pertama yang berarti diucapakan oleh anak di usia ini misalnya: mimik, maem
12-14 bulan : instruksi sederhana
Menunjuk bagian tubuh
Kalimat dengan 2-3 kata
Deteksi Dini Gangguan Pendengaran dan Wicara
12 bulan : belum babbling
18 bulan : belum mengucapkan 1 kata yang berarti
24 bulan : belum dapat mengucapkan lebih dari 10 kata
30 bulan : belum dapat merangkai 2 kata
Mengoceh : proses untuk bicara
No comments:
Post a Comment